Peran Vital Kaum Perempuan Menjaga Kestabilan Perekonomian Nasional Melalui Sigaret Kretek Tangan (SKT)

Pembahasan tentang Sigaret Kretek Tangan (SKT) sering kali menghadirkan perdebatan yang kompleks, terutama menyakut dinamika ekonomi dan perubahan kebijakan. Sigaret Kretek Tangan, yang merupakan produk khas Indonesia, tidak hanya mencatat sejarah panjang dalam ranah budaya tetapi juga secara nyata memberi kontribusi yang besar terhadap perekonomian nasional serta bagi daerah penghasil dan industri tembakau.

Selain itu, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tentunya kita tidak bisa mengabaikan segment sigaret kretek tangan, karena SKT tidak hanya menjadi salah satu komoditas utama dalam industri tembakau, namun SKT juga telah menjadi salah satu pilar ekonomi di Indonesia yang konsisten menyerap tenaga kerja dalam skala besar. Dari aktifitas padat karya pelintingan hingga proses produksi, segmen SKT telah menjadi sumber pendapatan bagi 6 (enam) juta pekerja, khususnya kaum perempuan dengan latar belakang pendidikan dan ekonomi yang terbatas.

Namun, di balik kontribusi ekonomi yang disumbang oleh Industri Hasil Tembakau (IHT) terus-menerus dihadapkan pada tantangan besar. Gerakan anti-tembakau, berbagai pembatasan regulasi, dan upaya revisi kebijakan yang tidak adil dan tidak berimbang telah menimbulkan polemik yang memengaruhi ekosistem industri tembakau secara keseluruhan, khususnya segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT). Saat ini hanya 754 pabrik rokok yang masih bertahan, dari 4.669 pabrik rokok yang ada pada tahun 2006, dan menurut data dari FSP-RTMM (Federasi Serikat Pekerja Rokok, Tembakau, Makanan dan Minuman) hal tersebut secara langsung memberi dampak kepada 60.800 pekerja pada industri rokok mengalami kehilangan pekerjaan.  Oleh karena itu, penting bagi kita untuk melihat secara menyeluruh peran segmen SKT dalam perekonomian nasional dan daerah.

Pekerja melinting sigaret kretek tangan di pabrik rokok PT Karyadibya Mahardhika, Kediri yang baru dibuka pada 16 Mei 2023 dan menyerap 1.467 tenaga kerja. (Antara/Prasetia Fauzani). Sumber: voi.id

Kontribusi Sigaret Kretek Tangan Untuk Perekonomian Nasional

Dari sisi ekonomi, sektor segmen SKT memiliki dampak yang signifikan mulai dari tingkat produksi, penciptaan lapangan kerja, hingga kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Segmen Sigaret Kretek Tangan ikut menjadi tulang punggung dalam industri tembakau di Indonesia dan berkontribusi pada penerimaan negara melalui Cukai Hasil Tembakau (CHT). Kontribusi yang konsisten melalui CHT menjadi salah satu penyokong utama pendapatan negara, memberikan sumbangan yang tak terelakkan bagi keberlangsungan program-program pembangunan nasional.

Dan yang tidak kalah penting adalah segmen SKT juga menjadi sumber utama penghasilan bagi jutaan para pekerja. Mulai dari kaum perempuan yang terlibat dalam proses pelintingan hingga para pekerja pabrikan, segmen SKT tetap konsisten menyediakan lapangan kerja yang tidak hanya luas namun juga bersifat menyeluruh dari hulu ke hilir. Hal tersebut menjadi fondasi penting dalam menopang stabilitas sosial dan ekonomi di banyak daerah di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah pedesaan yang bergantung pada industri tembakau.

Selain itu, tidak bisa dipungkiri bahwa segmen SKT juga secara langsung memberikan kontribusi ekonomi bagi para petani tembakau. Tanaman tembakau merupakan sumber pendapatan utama bagi sebagian besar petani di daerah-daerah penghasil tembakau di Indonesi, dimana pendapatan yang mereka peroleh dari penjualan tembakau secara langsung menjadi penggerak ekonomi lokal.

Namun, perlu diakui bahwa dalam beberapa tahun terakhir segmen SKT dihadapkan pada berbagai tekanan dan tantangan. Kampanye anti-tembakau yang selalu menyudutkan, pelumpuhan melalui pembatasan regulasi serta ganta-ganti kebijakan telah menjadi faktor-faktor yang menggangu eksistensi segmen ini. Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa kontribusi ekonomi yang telah lama dihasilkan oleh segmen SKT tidak dapat diabaikan begitu saja dan harus dilakukan perlindungan terhadap keberadaannya.

Industri Hasil Tembakau (IHT) tidak hanya berperan sebagai penghasil pendapatan bagi negara, namun juga sebagai penyokong utama bagi jutaan pekerja dan petani di seluruh Indonesia. Oleh sebab itu, dibutuhkan pemahaman yang mendalam mengenai implikasi sosial dan ekonomi pada sektor industri ini, sehingga menjadi penting untuk membangun pandangan yang seimbang dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan industri tembakau, khususnya bagi segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT).

Peran Tenaga Kerja dan Dampak Sosial

Peran tenaga kerja dalam sektor industri Sigaret Kretek Tangan (SKT) tidak dapat ditepis dan dikurang-kurangkan. SKT bukan hanya sekadar produk rokok, tetapi juga sebagai penggerak utama dalam menopang keberlangsungan ekonomi keluarga. Di balik pembuatannya yang rumit, SKT menjadi sumber utama penghidupan bagi jutaan pekerja, termasuk kelompok perempuan yang terlibat dalam proses pembuatan produk-produk rokok kretek.

Segmen SKT memiliki nilai ekonomi yang signifikan, mempekerjakan jutaan orang di berbagai level, mulai dari petani tembakau hingga pekerja di pabrik-pabrik rokok. Namun, perannya sosial dan lingkungannya melampaui aspek finansial, lebih dari sekadar angka-angka karena sebagian besar dari mereka merupakan tulang punggung keluarga yang membutuhkan pekerjaan tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dampak sosial dari segmen SKT ini terlihat dari keterlibatan perempuan dalam aktifitas bisnisnya, yang sebagian besar merupakan ibu rumah tangga. Mereka menemukan dan mendapati penghidupan serta penghasilan dari segmen SKT, pekerjaan tersebut memberikan stabilitas ekonomi bagi keluarga mereka.

Di samping itu, segmen SKT juga memberikan kontribusi bagi kesinambungan ekonomi lokal di daerah-daerah penghasil tembakau di Indonesia. Industri ini tidak hanya menopang kehidupan para pekerja di dalamnya, tetapi juga menjadi tulang punggung bagi perekonomian daerah setempat. Dengan adanya perubahan kebijakan atau tekanan terhadap segmen SKT, pastinya akan berdampak dan bisa mengancam stabilitas sosial dan ekonomi di banyak daerah industri tembakau di Indonesia.

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan pemangku kepentingan untuk bijaksana mempertimbangkan secara hati-hati implikasi sosial dan ekonomi dari segmen SKT sebelum mengambil langkah dalam melakukan perubahan kebijakan. Pemahaman serta kebijaksanaan dalam melihat dampak langsung terhadap penghidupan dan kesejahteraan masyarakat yang terkait Industri Hasil Tembakau (IHT) harus menjadi pertimbangan utama dalam merumuskan kebijakan untuk saat ini dan di masa depan.

Pelinting kretek senior di Pabrik Tapel Koeda rata-rata telah bekerja belasan hingga puluhan tahun. Sumber: nationalgeographic.gril.id

Pentingnya SKT bagi Perekonomian Daerah

Data dari Riset World Bank tahun 2018 menunjukkan bahwa lapangan kerja di sektor tembakau terkonsentrasi di beberapa wilayah di Indonesia, terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Barat. Hal tersebut mengindikasikan pentingnya segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT) sebagai penyedia lapangan kerja utama di daerah-daerah seperti Kudus, Klaten, Surabaya, Kediri, Malang, Mojokerto, Sleman, Bantul, Majalengka, Cirebon, dan Mataram.

Kedekatan dan kelekatan segmen SKT dengan masyarakat lokal tidak hanya berdampak pada tingkat penghasilan, tetapi juga terlihat dalam pengeluaran langsung mereka di tingkat lokal. Para pekerja di industri ini tidak hanya membelanjakan pendapatan mereka untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga turut menggerakkan roda perekonomian lokal dengan berbelanja di wilayah tempat mereka bekerja dan tinggal, mereka secara nyata menggerakan perekonomian daerah.

Terlebih lagi, segmen SKT memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem ekonomi daerah. Hal tersebut tercermin dari kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah (PAD) yang memengaruhi keberlangsungan program pembangunan dan kesejahteraan masyarakat setempat.

Pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya harus menghargai dan mempertimbangkan secara serius kontribusi dan keterkaitan yang erat antara sektor Industri Hasil Tembakau (IHT) dengan ekonomi lokal sebelum mengambil kebijakan yang berdampak pada industri ini guna menjaga stabilitas ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat setempat.

Mengakui Peran Vital Buruh Perempuan Pada Industri Kretek Tangan

Publikasi Global Gender Gap Report tahun 2023 memberikan peningkatan penilaian terhadap kesetaraan gender di Indonesia. Laporan tersebut mengukur kesetaraan gender melalui beberapa dimensi, diantaranya adalah partisipasi dan peluang ekonomi, serta keberlangsungan hidup. Data yang di publikasi pada bulan Juni 2023 ini, menempatkan Indonesia pada peringkat ke 9 (sembilan) secara regional dan peringkat ke 87 (delapan puluh tujuh) secara global dengan skor 0.697 dari skala skor tertinggi 1.0, dimana hal tersebut dapat menjadi dasar untuk kita terus menunjukkan komitmen kesetaraan bagi kaum perempuan di dunia kerja dan bidang lainnya di Indonesia.

Peningkatan persentase perempuan yang terlibat dalam dunia kerja menjadi poin penting. Jika lebih banyak perempuan memiliki kesempatan yang setara dalam akses ke lapangan kerja, ini bisa menjadi dorongan besar bagi pertumbuhan ekonomi serta memungkinkan perempuan untuk mandiri secara finansial. Meskipun peningkatan ini merupakan langkah maju, masih ada banyak area di mana kita bisa berkontribusi lebih banyak lagi, salah satunya dengan memberikan dukungan lebih lanjut bagi kaum perempuan dalam berbagai sektor industri, termasuk segmen SKT.

Industri kretek telah menjadi salah satu pilar penting dalam perekonomian Indonesia. Namun, seringkali di balik gemerlapnya pertumbuhan ekonomi, terdapat cerita yang jarang terungkap yaitu peran dan kontribusi yang dberikan oleh ribuan buruh perempuan di industri ini. Inisiatif Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, yang telah memberikan Bantuan Langsung Tunai Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau kepada pekerja industri tembakau, khususnya perempuan, adalah langkah yang patut diapresiasi. Hal tersebut menunjukkan kesungguhan untuk memahami dan mendukung kelompok pekerja yang seringkali terabaikan, terutama dalam sektor yang mayoritas diisi oleh kaum perempuan.

Ratusan buruh Indonesia bekerja di pabrik tembakau memproduksi rokok kretek di Malang. Jawa Timur. (AFP/AMAN RAHMAN). Sumber: Liputan6.com

Persentase yang tinggi sebesar 97% dari perempuan dalam Industri Hasil Tembakau (IHT) juga diungkapkan oleh Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, persentase tersebut mencerminkan keuletan serta dedikasi mereka dalam mengemban peran penting sebagai tulang punggung keluarga, dimana rata-rata memiliki masa kerja selama 25 tahun. Kaum perempuan pada segmen SKT bukan hanya sekadar pekerja, tetapi juga ibu yang menjalankan peran ganda sebagai pengelola rumah tangga. Kerja keras yang mereka jalani menjadi fondasi bagi keberhasilan bisnis tempat mereka bekerja, dan juga bagi perekonomian keluarga mereka. Dengan mendukung kaum perempuan pada segmen SKT, kita bisa melangkah menuju kesetaraan yang lebih besar dalam dunia kerja serta memberikan kesempatan yang lebih adil bagi mereka untuk berkembang dan berkontribusi secara maksimal.

Untuk memastikan keberlanjutan Industri Hasil Tembakau (IHT) ini, selain kebijakan yang mendukung dibutuhkan juga perlindungan yang memadai bagi pekerja perempuan, pengakuan hak-hak kerja, kesetaraan gender, dan kepastian pekerjaan yang lebih stabil. Pemerintah bersama para pemangku kepentingan terkait perlu berkolaborasi untuk memberikan perlindungan yang lebih baik bagi buruh perempuan di industri kretek Indonesia, mengakui peran mereka bukan hanya sebagai pekerja tetapi juga peran lain sebagai pengelola rumah tangga. Perlindungan bagi segmen SKT dan tenaga kerjanya, terutama bagi kaum perempuan merupakan sebuah keharusan. Ketidakpastian karena perubahan aturan setiap tahun dapat mengganggu stabilitas ekonomi nasional dan daerah, serta kesejahteraan para pekerja dan keluarganya.

Hanya dengan memberikan perlindungan yang layak, kita dapat memastikan bahwa Industri Hasil Tembakau (IHT) dapat terus memberikan manfaat yang layak bagi kaum perempuan yang berperan di dalamnya. Jadi bukan hanya sekadar perihal pertumbuhan ekonomi tetapi juga tentang keadilan, kesetaraan, dan penghargaan atas peran penting para perempuan dalam menggerakkan roda perekonomian serta pembangunan di Indonesia. Perlindungan terhadap para pekerja perempuan di segmen SKT merupakan aset berharga bagi keluarga, lingkungan, dan negara Indonesia.